Sabtu, 21 Mei 2011

PRAKTEK APOTEKER

Dokter membuka praktek dengan tulisan di papan nama  PRAKTEK DOKTER.
Nah…kalau apoteker nama tempat prakteknya APOTEK.

Pernahkah Anda memperhatikan papan nama yang terletak di ruang tunggu apotek ketika Anda berada di dalam apotek? Di situ tertera nama apoteker yang berpraktek. Seharusnya Anda menemuinya untuk mendapatkan pelayanan. Bukan orang lain. Kalau tidak ada apotekernya…berarti apotek itu tak ada bedanya dengan toko kelontong yang hanya perlu ijin apotek saja untuk menjual obat. Mereka tidak mementingkan dan menghargai konsumennya.

Saya ingin membagi bahwa di apotek Anda bisa mendapatkan banyak hal yang lebih dari sekedar membeli obat. Anda harus tahu bahwa banyak hak Anda yang harus Anda dapatkan ketika Anda berada di apotek. Sudahkah Anda tahu bahwa….

  1. Apotek adalah tempat praktek apoteker. Pengelolaannya dan segala sesuatunya adalah tanggung jawab apoteker. Sebelum membeli obat, tanyakan siapa apoteker yang bertugas jaga waktu itu. Jika Anda hanya mendapati ‘store manager’, dia belum tentu seorang apoteker dan tak memiliki kewenangan sebagai apoteker apalagi memberikan informasi dengan ilmu yang sama seperti apoteker. Jaminan tentang obat yang tepat bagi Anda belum tentu didapatkan setelah Anda keluar dari apotek tersebut, kecuali jika Anda mengalami efek yang merugikan setelah menggunakan obat.

Jadi temukan apoteker langsung setiap Anda membeli obat agar mendapatkan obat yang tepat dan benar serta informasi yang perlu Anda ketahui.

  1. Fungsi apotek selain melayani resep dan menyalurkan (menjual) perbekalan farmasi, juga memberikan informasi tentang obat dan edukasi kepada konsumen. Apotek yang komunikatif dikelola oleh apoteker yang bertanggungjawab dan siap memberitahu segala hal yang terkait dengan obat yang dibeli oleh konsumen.

Anda boleh menanyakan informasi seputar obat, seperti cara pemakaian obat atau alat kesehatan, cara menyimpannya di rumah, kapan kadaluwarsa, ciri-ciri obat yang tak layak dipakai selama penyimpanan, berapa lama obat dapat disimpan, efek samping setelah mengkonsumsi obat itu hingga bagaimana cara obat itu bekerja dalam tubuh.

Sepaham apa pun Anda sebelumnya tentang obat yang Anda beli, tentu akan lebih meyakinkan jika Anda mendapat informasi langsung dari apoteker.

Hanya tanyakan kepada apoteker yang bertugas. Asisten apoteker belum tentu mengetahui banyak informasi di atas karena tugasnya hanya membantu kerja apoteker saja dan jawabannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Cara pemakaian obat bermacam-macam, tidak harus selalu ditelan. Ada yang harus dikunyah dulu, dihisap di bawah lidah, dicampur air terlebih dulu, dikumur-kumur tidak ditelan, diminum sebelum atau sesudah makan, atau bahkan bersamaan ketika makan dan hal-hal lain yang perlu perhatian. Seharusnya ini langsung diberitahukan oleh apoteker. Jika tidak, apotek itu tidak edukatif dan tidak informatif.

  1. Kewajiban petugas apotek adalah menyertakan kwitansi (bukti pembayaran) dan turunan resep (apograph atau kopi resep) pada saat menyerahkan obat. Periksalah sebelum keluar dari tempat itu, seperti memeriksa uang kembalian. Jika tak ada keduanya atau salah satunya, segera Anda minta, karena itu sangat penting jika ada kesalahan obat atau Anda intoleransi dengan obat tersebut. Dua bukti itu dapat digunakan untuk pengembalian obat atau pelacakan yang diperlukan oleh pihak yang berwenang.

  1. Setiap apotek punya cara tersendiri untuk mengetahui apakah obat yang diberikan kepada konsumen itu adalah berasal darinya. Jika hendak mengembalikan obat, periksalah dan amati dulu apakah obat yang akan dikembalikan betul-betul berasal dari apotek tersebut.

  1. Turunan resep digunakan untuk mengetahui komposisi obat, obat yang sudah dibeli, obat yang belum dibeli, obat yang dibeli sebagian dan untuk pembelian ulang berkala (pengobatan ulang). Jika sudah dibeli semua, di dalam resep akan tercantum kode khusus. Anda jangan memaksa membeli dengan turunan resep tersebut jika masih terasa sakit, atau jika selang beberapa waktu setelah sembuh, penyakit yang sama datang lagi. Sebaiknya Anda berkonsultasi ke dokter, siapa tahu rasa sakit itu perlu pengobatan yang berbeda dari sebelumnya.

Konsumen boleh selalu minta turunan resep. Ini hak konsumen dan ini penting! Jika konsumen masih sakit atau kambuh lagi sakitnya, tunjukkan turunan resep terakhir kepada dokter. Dengan begitu, konsumen akan membantu proses pemeriksaan dan dokter makin mantap mengambil keputusan,  meneruskan pengobatan lama atau mengganti pengobatan dengan dosis atau obat yang berbeda. Tentunya, dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi pasien, bukan karena lebih mahalnya.

Jangan sekali-kali menggunakan turunan resep yang sama untuk memberikan obat kepada orang lain, meskipun Anda kira sakitnya sama dengan yang pernah Anda alami. Anda tak mempunyai ilmu cukup untuk melakukan diagnosa sendiri.

Anda tak perlu menanyakan obat itu untuk sakit apa, cukup tanyakan khasiat obat dan bagaimana obat ini bekerja mempengaruhi tubuh Anda, karena jika jawabannya melenceng dari yang diderita , Anda akan bingung sendiri. Bisa jadi dokter meresepkan obat yang diindikasikan tidak umum. Misalnya, obat alergi ditujukan untuk merangsang nafsu makan. Sebaiknya Anda menanyakan langsung pada dokter pada saat menerima resep. Dokter yang bijaksana akan memberitahukan kondisi Anda, lalu menyerahkan resep sambil memberitahukan hal-hal singkat mengenai obat yang diresepkan. Bahkan menawarkan alternative obat dengan khasiat sama untuk meringankan pasien membeli obat sesuai dengan isi kantongnya.

Ada dokter yang tidak komunikatif. Diam saja ketika memeriksa pasien, lalu menulis resep dan menyerahkan resep ke pasien. Adalah hak pasien untuk diberitahu kejadian apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuhnya serta diberitahu perlakuan apa yang akan dilakukan dokter terhadapnya, termasuk memberikan obat apa saja.
Dokter yang diam saja tak bersuara, itu bisa jadi memang dia tidak komunikatif atau menghindari pertanyaan karena ilmunya tak cukup. Yang jelas dia telah menelantarkan orang yang telah membayarnya dan tak mencukupi hak pasiennya.

Begitu pula dengan apoteker. Karena apotek itu tempat praktek apoteker, seharusnya yang menemui Anda di apotek itu ya apoteker. Bukan asistennya apalagi kasir apotek. Kalau di apotek tidak ada apoteker, sama seperti ketika Anda bertemu dengan ‘dokter diam saja’ itu.

Beberapa apotek sekarang malah aneh lagi. Ada ‘store manager’ apotek. Itu terjadi di jaringan apotek yang namanya sama. Store manager bukanlah apoteker. Jas putihnya saja yang mengelabuhi konsumen seolah dia sudah menjadi apoteker. Padahal ilmu tentang obatnya hanya diperoleh dari training 3 bulan oleh trainer yang bukan sekelas dosen pula. Coba Anda tanyakan pada store manager itu, apakah dia adalah apoteker? Jika bukan apoteker lupakan dia. Informasinya selalu menyesatkan.

Anda adalah konsumen dari pelayanan medis di rumah sakit, praktek dokter dan apotek. Pahamilah bahwa Anda memerlukan mereka untuk memperbaiki kondisi kesehatan Anda. Dan Anda membayar penuh untuk itu. Jadi selalu telitilah dengan perlakuan apa saja yang mereka lakukan. Gunakan hak Anda untuk bertanya dan mendapatkan perlakuan yang sangat baik. Karena Anda membayar untuk tubuh Anda. Jika hak Anda tak terpenuhi, hanya karena tidak ada komunikasi, maka Anda lah yang menanggung 2 kerugian. Rugi telah mengeluarkan uang untuk menambah beban sakit.

Keep Smart even in strange place..!!

AJ. Boesra


Sabtu, 21 Mei 09.36 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar